Muskidjan (53 tahun) di tahun 2014 ini sudah 25 kali menunaikan ibadah haji dengan dibiayai negara. ''Saya tak menyangka dan terharu karena orang yang tidak punya tapi bisa ke tanah suci sampai 25 kali,''katanya pada Republika, Selasa (9/9/14).
Sejak tahun 1983 dia diangkat menjadi PNS di Kantor Kementerian Agama. Dia mengaku diterima menjadi PNS karena keahliannya sebagai montir. Padahal dia hanya lulusan ST (Sekolah Teknik) di Jakarta.
Setelah tamat dari sekolahnya di ST Bunda Kandung Jakarta dia suka membantu ayahnya yang bekerja di Pool Markas Marinir sebagai montir panser, tank dan sebagainya. Kebetulan dia juga pernah memperbaiki mobil milik karyawan di Kementerian Agama. Sehingga ketika ada lowongan kerja , dia disuruh mencoba untuk melamar menjadi PNS di kementerian agama.
''Alhamdulillah saya diterima dan waktu itu (tahun 1983) ditugaskan sebagai staf kepegawaian,''ungkapnya.
Karena dia mempunyai keahlian di bidang montir, sejak tahun 1986 dia dipekerjakan sebagai teknisi di kantor Kementerian Agama. Muskidjan tahu bagian mana kerusakan terjadi dan bila memperbaiki mobil tangannya tak pernah kotor.
Karena dia satu-satunya teknisi di Kementerian Agama, bila musim haji, dia ditunjuk untuk selalu ikut bertugas ke Tanah Suci. Mobil-mobil Kementerian Agama yang digunakan untuk operasional setiap musim haji sering ada yang rusak, karena hanya digunakan setahun sekali.
Ketika menjadi petugas haji , ada berbagai pekerjaan yang dilakukan selain sebagai teknisi. ''Saya kadang sebagai pengemudi bila kekurangan pengemudi, tetapi pekerjaan yang pokok adalah memperbaiki kendaraan. Karena kendaraan Kementerian Agama hanya digunakan setahun sekali, “ kata Mukidjan.
Muskidjan bersyukur, di antara ribuan karyawan Kementerian Agama, hanya dialah yang hampir dipastikan tiap tahun berangkat ke Tanah Suci. Berkah lainnya, karena setiap tahun menjadi petugas haji, tentu ada tambahan pendapatan yang bisa dibawa pulang untuk keluarga. Dia pun telah meng-haji-kan istrinya serta bisa membiayai sekolah dan kuliah ketiga anaknya.
Anak pertama kuliah di Politeknik Universitas Indonesia, anak kedua kuliah di Poltekes Farmasi Jakarta dan anak ketiga masih SMP.
Dia mengaku tak tahu apa yang membuatnya bisa dipilih Allah untuk bisa menunaikan ibadah haji setiap tahun. ''Saya selalu bekerja dengan sepenuh hati dan selalu sholat tepat waktu. Sejak kecil saya suka pergi ke masjid,''ungkapnya.
Dia teringat waktu SD dan tinggal di Sidorejo Brosot, salah satu desa di Kabupaten Kulonprogo DI Yogyakarta, sejak kelas IV hingga kelas VI SD bersama teman-temannya rajin mencuci tikar di masjid dekat rumahnya.
''Setiap hari Kamis sepulang sekolah, saya dengan teman-teman beramai-ramai menciuci tikar biar kalau dipakai sholat Jumat selalu bersih,'' kenangnya.
Menurut pengakuan Muskidjan, hal itu dilakukannya dengan kesadaran sendiri tanpa ada yang menyuruh maupun memberi uang. Namun setelah lulus SD dia pindah ke Jakarta mengikuti orangtuanya yang bekerja sebagai tentara.
Sumber: http://www.republika.co.id
Sejak tahun 1983 dia diangkat menjadi PNS di Kantor Kementerian Agama. Dia mengaku diterima menjadi PNS karena keahliannya sebagai montir. Padahal dia hanya lulusan ST (Sekolah Teknik) di Jakarta.
Setelah tamat dari sekolahnya di ST Bunda Kandung Jakarta dia suka membantu ayahnya yang bekerja di Pool Markas Marinir sebagai montir panser, tank dan sebagainya. Kebetulan dia juga pernah memperbaiki mobil milik karyawan di Kementerian Agama. Sehingga ketika ada lowongan kerja , dia disuruh mencoba untuk melamar menjadi PNS di kementerian agama.
''Alhamdulillah saya diterima dan waktu itu (tahun 1983) ditugaskan sebagai staf kepegawaian,''ungkapnya.
Karena dia mempunyai keahlian di bidang montir, sejak tahun 1986 dia dipekerjakan sebagai teknisi di kantor Kementerian Agama. Muskidjan tahu bagian mana kerusakan terjadi dan bila memperbaiki mobil tangannya tak pernah kotor.
Karena dia satu-satunya teknisi di Kementerian Agama, bila musim haji, dia ditunjuk untuk selalu ikut bertugas ke Tanah Suci. Mobil-mobil Kementerian Agama yang digunakan untuk operasional setiap musim haji sering ada yang rusak, karena hanya digunakan setahun sekali.
Ketika menjadi petugas haji , ada berbagai pekerjaan yang dilakukan selain sebagai teknisi. ''Saya kadang sebagai pengemudi bila kekurangan pengemudi, tetapi pekerjaan yang pokok adalah memperbaiki kendaraan. Karena kendaraan Kementerian Agama hanya digunakan setahun sekali, “ kata Mukidjan.
Muskidjan bersyukur, di antara ribuan karyawan Kementerian Agama, hanya dialah yang hampir dipastikan tiap tahun berangkat ke Tanah Suci. Berkah lainnya, karena setiap tahun menjadi petugas haji, tentu ada tambahan pendapatan yang bisa dibawa pulang untuk keluarga. Dia pun telah meng-haji-kan istrinya serta bisa membiayai sekolah dan kuliah ketiga anaknya.
Anak pertama kuliah di Politeknik Universitas Indonesia, anak kedua kuliah di Poltekes Farmasi Jakarta dan anak ketiga masih SMP.
Dia mengaku tak tahu apa yang membuatnya bisa dipilih Allah untuk bisa menunaikan ibadah haji setiap tahun. ''Saya selalu bekerja dengan sepenuh hati dan selalu sholat tepat waktu. Sejak kecil saya suka pergi ke masjid,''ungkapnya.
Dia teringat waktu SD dan tinggal di Sidorejo Brosot, salah satu desa di Kabupaten Kulonprogo DI Yogyakarta, sejak kelas IV hingga kelas VI SD bersama teman-temannya rajin mencuci tikar di masjid dekat rumahnya.
''Setiap hari Kamis sepulang sekolah, saya dengan teman-teman beramai-ramai menciuci tikar biar kalau dipakai sholat Jumat selalu bersih,'' kenangnya.
Menurut pengakuan Muskidjan, hal itu dilakukannya dengan kesadaran sendiri tanpa ada yang menyuruh maupun memberi uang. Namun setelah lulus SD dia pindah ke Jakarta mengikuti orangtuanya yang bekerja sebagai tentara.
Sumber: http://www.republika.co.id
Tidak ada komentar:
Posting Komentar